Idul Fitri diartikan sebagai hari suci atau hari dimana umat Islam seperti terlahir kembali dan bersih dari dosa. Setelah melatih kesabaran dan hawa nafsu selama sebulan, tentu akan ada nilai penting yang bisa diterapkan setelah berakhirnya bulan Ramadhan. Tak heran jika Idul Fitri sangat dinantikan oleh umat Islam di dunia.
Idul Fitri atau Lebaran dirayakan pada tanggal 1 Syawal. Datangnya Idul Fitri membawa kebahagiaan dan kegembiraan bagi umat Islam. Dalam Alquran surat Yunus ayat 58, Allah berfirman:
Qul bifadlillaahi wa birahmatihii fa bizaalika falyafrahu, huwa khairum mimmaa yajma’un
Artinya:
“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan”.”
Idul Fitri juga menjadi salah satu hari yang baik dibandingkan hari-hari lainnya. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
“Allah telah memberi ganti bagi kalian dua hari yang jauh lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR. Ab Daud dan An-Nasa’i dengan sanad hasan)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa Idul Fitri merupakan hari yang lebih baik dari pada hari-hari lainnya.
Adab menyambut hari raya Idul Fitri
Karena merupakan hari yang istimewa, sebagi seorang muslim lebih baik menyambutkan dengan adab dan etika yang baik. Menurut Imam Al-Ghazali dalam risalahnya berjudul al-Adab fid Din dalam Majmu’ah Rasail al-Imam al-Ghazali, ia menyebutkan adab-adab menyambut hari raya yakni sebagai berikut:
- Menghidupkan suasana malam Idul Fitri.
Menjelang hari Raya Idul Fitri, biasanya tradisi di Indonesia akan ada takbir keliling antar desa. Para warga berlomba-lomba untuk memeriahkan hari kemenangan. Ternyata ini juga termasuk dalam upaya menghidupkan suasana malam Idul Fitri. Selain itu, saat Idul Fitri, umat Islam sebaiknya tidak tidur awal, tetapi menyibukkan diri terlebih dahulu dengan hal-hal yang berkaitan dengan persiapan pelaksanaan sholat Idul Fitri di esok harinya. - Mandi di pagi hari.
Adab kedua, sambutlah Idul Fitri dengan mandi pagi sebelum menunaikan sholat Idul Fitri. Disunnahkan mandi di pagi hari dengan mengguyur seluruh tubuh dan anggota badan, yakni dari rambut di kepala hingga telapak kaki dengan air. Adapun bacaan niatnya sebagai berikut:
Nawaitul ghusla li‘idil adha/li‘idil fithri sunnatan lillahi ta’ala
Artinya:
“Aku niat mandi untuk merayakan Idul Adha/Idul Fitri sebagai sunnah karena Allah ta’ala.” - Membersihkan badan dan memakai wewangian.
Setelah mandi, diajurkan juga membersihkan anggota badan seperti memotong dan membersihkan kuku, memakai pakaian bersih dan memakai wewangian seperti parfum atau bedak wangi. - Menyantap makanan ringan.
Saat Idul Fitri, umat Islam dilarang berpuasa. Maka dari itu seseorang hari memulai Idul Fitri dengan menyantap makanan ringan sebelum pergi sholat Idul Fitri. Jika ia tidak memakan atau meminum apapun dan berniat berpuasa, maka hukumnya haram. Dari Umar bin Khathab ra, ia berkata:
“Sesungguhnya Rasulallah SAW melarang berpuasa di kedua hari raya. Pada hari raya Idul Fitri kamu berbuka puasamu dan pada hari raya Idul Adha kamu makan daging kurbanmu.” (HR Bukhari Muslim)
- Berangkat dan pulang sholat Idul Fitri dengan jalan yang berbeda.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
“Nabi SAW ketika hari raya mengambil jalan yang berbeda (antara pergi dan pulangnya).” (HR. Bukhari)
Dengan cara seperti ini dimungkinkan untuk bertemu dengan lebih banyak orang sehingga menambah teman dan menyambung silaturrahim dengan teman-teman lama atau saudara yang lama tidak berjumpa
- Selalu membaca takbir.
Bacaan takbir dibagi menjadi dua macam sesuai petunjuk aturan pembacaannya yaitu takbir mursal dan takbir muqayyad. Takbir mursal adalah pembacaan takbir yang tidak terikat waktu, karena dianjurkan sepanjang malam. Seperti takbir di malam Idul Fitri dan Idul Adha.
Adapun takbir muqayyad adalah takbiran yang terbatas pada waktu, seperti pembacaan takbir setiap selesai sholat lima waktu selama hari raya Idul Adha dan hari tasyrik, 11, 12, dan 13 Dzulhijjah. Anjuran mengumandangkan takbir tersebut terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 185 yang berbunyi:
“Syahru ramadaanallazii unzila fiihil-qur’aanu hudal lin-naasi wa bayyinaatim minal-hudaa wal-furqaan, fa man syahida mingkumusy-syahra falyasumh, wa mang kaana mariidan au ‘alaa safarin fa ‘iddatum min ayyaamin ukhar, yuriidullaahu bikumul-yusra wa laa yuriidu bikumul’usra wa litukmilul’iddata wa litukabbirullaaha ‘alaa maa hadaakum wa la’allakum tasykurun.”
Artinya:
“Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Alquran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barang siapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
Rasulullah juga menganjurkan umat Islam untuk membaca takbir di Hari Raya Idul Fitri. Dalam sebuah hadits, Rasulullah bersabda:
“Hiasilah Hari Raya kalian dengan memperbanyak membaca takbir.”
Sementara itu anjuran membaca takbir, sepadan dengan imbalan yang dijanjikan Rasulullah seperti dalam hadits berikut ini:
“Perbanyaklah membaca takbiran pada malam hari raya (Fitri dan Adha) karena hal dapat melebur dosa-dosa.”
- Perbanyak dzikir.
Nabi Muhammad sebagai suri tauladan umat muslim selalu mengamalkan dzikir setiap hari. Dzikir dilakukan dengan menyebut lafadz-lafadz pujian untuk Allah dan bisa diamalkan kapan saja, terutama saat Idul Fitri. Adapun bacaan dzikir di Hari Raya Idul Fitri yakni dengan membaca kalimat tahlil. Kalimat tahlil adalah bagian dalam kalimat syahadat, yang hakikatnya adalah inti dari semua landasan dalam ajaran Islam yang bermakna bahwa Allah adalah Tuhan yang Esa.
Laailaaha Illallah
Artinya:
“Tiada Tuhan selain Allah”
- Membaca kalimat tasbih.
Bacaan tasbih adalah salah satu kalimat thoyyibah yang digunakan dalam dzikir. Dzikir membaca kalimat tasbih artinya kita mengakui bahwa kita merupakan manusia yang kotor dan tak luput dari dosa.
Subhaanal malikil qudduus
Artinya:
“Maha Suci Engkau yang Maha Merajai lagi Maha Suci dari berbagai kekurangan” (HR. Abu Daud).
- Membaca hamdalah di antara takbir yang diulang-ulang
Setelah membaca kalimat tahlil dan tasbih, dilanjutkan dengan membaca kalimat hamdalah di antara takbir yang diulang-ulang.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar, La ilaha illallah, Allahu akbar, wa lillahil hamdu
Artinya:
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, dan segala puji bagi Allah.”
- Mendengarkan khutbah sholat Idul Fitri.
Sama seperti sholat Jumat, dalam sholat Idul Fitri juga terdapat khutbah. Aktif mendengarkan khutbah dilakukan tidak hanya dengan tidak berbicara kepada orang lain tetapi juga mendengarkan dengan seksama.
- Bertegur sapa dengan sesama muslim.
Selama berangkat atau pun pulang dari sholat Idul Adha, seorang muslim hendaknya saling bertegur sapa dengan orang-orang yang ditemuinya dijalan dengan ramah. Hal ini pertanda sebagai kegembiraan umat Islam di hari raya sekaligus untuk menghindari gunjingan, misalnya karena dianggap bersikap sombong dan sebagainya.