Belajar Prinsip Leadership dari Rukun Islam

Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh..

Ketika menyempatkan diri untuk mengikuti kajian mentoring di setiap pekan, saya sempat terkejut dengan pembahasan dari materi yang disampaikan. Materi ini mungkin sudah cukup sering dibaca di buku-buku, tapi sudut pandangnya benar-benar di luar kepala saya dan belum pernah terpikirkan. Topik utama dari kajian ini membahas kemampuan leadership islam, namun dalam pandangan saya tak ada yang namanya filsafah sebab mungkin isinya hanya pembahasan ayat-ayat saja.

Bagi sebagian orang, rukun Islam hanya diingat dan dihapal untuk menjalankan tugas sekolah atau untuk meyakinkan orang lain bahwa kita islam. Tapi, rukun yang jumlahnya lima ini, disadari atau tidak, ternyata memiliki nilai filasafah yang cukup dalam jika benar-benar di pahami, terutama dari segi penanaman sikap leadership.

Rukun Islam dan Leadership

Rukun ini juga memiliki makna sebagai suatu visi yang sangat luar biasa, suatu visi yang mengajarkan bahwa sesuatu hal sebaiknya dikembalikan kepada Allah swt. Dalam hal ini artinya, leadership tersebut haruslah memiliki orientasi akhirat, bukan sekdar orientasi duniawi saja. Dengan begitu, seorang yang memiliki visi jelas dengan orientasi yang tepat ini akan mampu membawa dirinya sendiri ataupun orang yang dipimpinnya untuk tetap dalam koridor yang tepat.

Rukun kedua yakni shalat, mungkin hanya dianggap bagi sebagi orang sebagai penggugur kewajiban saja, sehari lima kali hanya untuk jengking tanpa tau maknanya. Padahal jika kita amati lebih jauh, tak ada ritual penyembahan yang paling teratur kecuali shalat, yang artinya tanpa kita sadari ritual ini mengajarkan kita betapa pentingnya memanajemen waktu dengan baik. Tak hanya itu, shalat juga telah mengajarkan betapa pentingnya tepat waktu. Shalat memberikan kita pembelajaran bahwa dalam memipin kita harus siap dengan aturan yang sudah ada tapi juga harus siap dalam menghadapi perubahan. Sebagaimana shalat yang aturan waktunya sudah sangat jelas, namun harus berbeda-beda waktunya akibat perbedaan letak geografis. Sehingga dalam hal ini, menjadi fleksibel juga sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin.

Sementara itu, rukun yang ketiga yaitu zakat memiliki posisi yang cukup unik dibandingkan rukun-rukun yang lainnya, ini dikarenakan dimensi yang dimiliki oleh ibadah ini cukup berbeda. Jika pada umumnya, ibadah-ibadah yang kita lakukan adalah suatu ibadah yang memiliki dimensi hamba-tuhan maka dalam zakat ini dimensi tersebut berjalan sejajar yaitu hamba-hamba (hubungan dengan manusia). Secara tidak langsung dalam ibadah ini mengajarkan pada kita bahwa pentingnya membangun kepedulian, bagi seorang pemimpin, kepekaan terhadap kondisi orang yang dipimpinya sangatlah diperlukan. Hal ini tentunya dalam skla kecil akan menimbulkan rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang erat sehingga dapat menimbulkan dampak yang besar berupa rasa persatuan dan kesatuan. Ikatan sosial inilah yang tercermindari zakat.

Dirukun yang keempat ini, yaitu puasa, terkandung makna tentang pentingnya integritas. Ibadah yang benar-benar private – hanya diri kita dan Allah saja – ini mengajarkan bahwa sorang pemimpin haruslah memiliki integritas yang tinggi serta kejujuran. Hal ini sangat lah dibutuhkan dala ranah kepemimpinan sebab tanggung jawab yang berat dari orang-orang yang dipimpinnya. Sedangkan dalam rukun yang kelima, Haji, mampu memberikan kita pelajaran mengani pentingnya sikap melayani serta pengorbanan bagi seorang pemimpin untuk orang-orang yang dipimpinnya.

Dari kelima prinsip tersebut, tentu semua kembali kepada diri kita masing-masing untuk memaknainya seperti apa. Namun, perlu digaris bawahi bahwasanya kelima prinsip tersebut sudah kita lakukan dalam keseharian kita maka sudah seharusnya hal tersebut memberikan dampak yang baik pula bagi kita. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Hajj ayat 77 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung“

Yang mana dalam surat tersebut kita diperintahkan untuk tidak hanya focus dalam ibadah hablu minnallah tetapi juga harus mampu memberikan kebaikan bagi masyarakat disekeliling kita. Oleh karena itu, kelima prinsip tersebut tak hanya ditujukan bagi kita yang merupakan seorang pemimpin ataupun calon pemimpin, tapi juga bagi kita yang merupakan orang-orang yang dipimpin.

Oleh,
Haikal Idris Maulahila

Sumber:
Mentoring Ikhwan IONS
26 September 2020