Waqafkan Dirimu untuk Al Qur’an

 

Sumber gambar : https://www.islampos.com/pemuda-bangkitlah-seperti-pemuda-di-zaman-rasulullah-160485/

Banyak peristiwa yang tidak terduga dengan turunnya Al-Qur’an di muka bumi melalui perantara Nabi Muhammad Saw. Tak heran jika dzikir paling bagus adalah membaca Al Qur’an dan juga amalan paling baik adalah membaca Al Qur’an. Al Qur’an bukan ciptaan orang Arab, bukan orang Arab juga yang menulis, tetapi Al Qur’an adalah kalamullah yang suci langsung dari Allah. Parasahabat nabi dahulu banyak yang menghafal Al Qur’an supaya tidak punah, turun temurun dari derajat paling tinggi di dunia yakni Rosulullah. Tetapi pada zaman sahabat Ustman Al Qur’an mulai ditulis di mushaf untuk tetap menjaga kebenarannya, tidak boleh disalin menggunakan bahasa lain supaya terjaga kebenarannya, dari situ harokat menjadi sebuah hiasan dan memudahkan para qori’ untuk membacanya, maka dari itu mushaf Al Qur’an yang ditulis pada zaman sahabat Ustman disebut Rosm Ustmani. Kemudian terdapat pembenaran beberapa ayat yang sulit untuk dibaca di zaman berikutnya, karena semua lidah untuk melafalkan Al Qur’an tidak sama, dari situ pembenaran dilkukan dan kemudian di tetapkan sebagai mushaf yang utuh. Dari Al Qur’an itu menjelaskan bahwa Al Qur’an diturunkan untuk dipelajari, maka Al Qur’an telah dimudahkan.

Seorang yang dekat dengan Al Qur’an dibagi menjadi 3 yakni harisul qur’an (yang telah memahami isi al qur’an) kemudian hafidzul qur’an (yang telah menghafal dan memahami isi al qur’an) dan di tingkat paling tinggi ada hamilun qur’an yakni (yang telah memahami isi, menghafal dan juga mampu mengamalkan isi al qur’an). Tetapi tak hanya dari situ banyak hikmah al qur’an, seperti halnya banyak yang menghafal al qur’an kemudian menemukan jati dirinya, menghafal qur’an yang kemudian menjadi sangat pintar dan cerdas, dari al qur’an juga manusia mendapatkan kesuksesan dan kedamaian. Tetapi dengan bersungguh sungguh dalam mempelajari al qur’an dan mempercayai tanpa meragukannya. Mengapa Alquran disebut sebagai penyembuh? Karena indikator dari Al Qur’an ada 2 yakni bisa disebut Dawa’ (penyembuh bagi penyakit fisik) dan Syifa’ (penyembuh bagi penyakit fisik dan batin). Terdapat 6 ayat syifa’ yang berada pada al qur’an diantaranya di surat At Taubah,Yunus, An Nahl, Al Isra’, Asy Syu’ara, dan Fushillat. Tak hanya fisik, tetapi batin pun bisa diobati dengan Al Qur’an karena segala penyakit sumbernya 75% dari pikiran dan 25% dari virus, jadi tak heran jika banyak orang sakit ketika beban pikirannya negatif maka penyakit itu akan bertambah parah, karena pikiran negatif itu ujub atau pengaruh setan. Maka sebaliknya jika pikiran positif akan memunculkan sebuah daya imun yang kuat sehingga mudah untuk melawan penyakit. Dari situ Al Qur’an adalah penyembuh berbagai penyakit. Tetapi terdapat sakit yang murni dari setan bukan dari fikiran ataupun virus, yakni ketika setan ingin sekali mengganggu kita untuk beribadah. Tak hanya orang yang tak pernah mengaji tetapi penghafal Al Qur’an pun hisa dimasuki oleh setan karena kesalahan kecil yakni ketika minum menggunakan tangan kiri. Dari situ tameng dari diri kita adalah mempercayai Al Qur’an dan mengaji.

Jaga Izzah, Jaga Iffah until jannah

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

 

Kemuliaan wanita dalam Islam adalah dengan menjaga izzah dan iffahnya. Izzah berarti  kehormatan dan iffah berarti kesucian dan jika seorang muslimah telah menjaga izzah dan iffahnya akan mendapat ridho dari Allah SWT yang nantinya akan mengantarkan kita ke surga-Nya, Aamiin. Apabila menjaga izzah dan iffah dikaitkan dengan perempuan di era sekarang, Nah, faktanya di era sekarang yang serba dengan kecanggihan teknologi dan pergaulan yang semakin kompleks juga turut mempengaruhi kehidupan, salah satunya yaitu bagi perempuan di era sekarang tak jarang kita melihat mereka membuka aurat dan nantinya akan berujung dengan digodain oleh lawan jenis ketika sedang di luar rumah, serta ada juga ikhtilat yang berarti campur baur antara laki-laki dan perempuan dan tidak kenal batasan untuk bersama dengan lawan jenis dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Dimana hal-hal tersebut dapat mengurangi izzah dan iffah dari seorang muslimah itu sendiri.

Terlebih lagi dengan kecanggihan era sekarang banyak sekali orang yang memanfaatkan media sosial untuk kepentingan yang berbeda-beda, salah satunya dimanfaatkan sebagai hiburan, dimana hiburan tersebut dengan membuat video, dimana dalam video tersebut mengunggah mengenai paras kecantikan, joget-joget, maupun berlenggak lenggok dan video yang diunggah tersebt dapat secara bebas diakses oleh publik sehingga dapat mengurangi izzah dan iffah terutama bagi seorang muslimah. Hal tersebut menjadi tantangan tersendiri dalam berusaha menjaga izzah dan iffah di masyarakat. Muslimah yang menjaga izzah dan iffahnya di masyarakat seringkali mendapatkan tantangan dalam mempertahankan izzah dan iffahnya sebagai muslimah.

 

Tantangannya ini berupa internal maupun eksternal. Tantangan dalam bentuk internal dapat berupa rasa malas, kurang ikhlas sedangkan untuk eksternal adalah tantangan yang paling berpenaruh, yaitu pandangan orang lain, seperti dibilang sok alim, dituduh radikal, serta dalam menjaga suara agar tidak mendayu-dayu. Nah kira-kira gimana sih cara dalam berperilaku serta solusi menjaga izzah dan iffah? Yuk ketahui bersama-sama sobat muslimah, supaya izzah dan iffah terjaga yang pertama harus dilakukan yaitu pahami aturan ilahi (back to islam) dimana standart dari perilaku seorang muslim yaitu syariat islam seperti halnya dalam salah satu firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 19 yang berarti “sesungguhnya agama disisi Allah ialah islam”. Nah, untuk tips dan cara menjaga izzah dan iffah yaitu terbagi ke dalam 2 bagian yaitu dari internal dan eksternal.

Dari internal tips yang dapat diterapkan yaitu menutup aurat secara sempurna, menundukkan pandangan, dan menjaga hubungan kerjasama wanita dan pria bersifat umum sesuai hajat. Dari eksternal tips yang dapat diterapkan yaitu mencari komunitas/teman yang baik dan saling mendukung serta jangan takut pengaruh negatif dari luar.

Kepemimpinan Dalam Islam

Kegiatan : Fostum

Pemateri : Ust. Dairobi

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Dalam suatu kepemimpinan, ada seorang yang memimpin dan ada juga yang dipimpin. Pada zaman nabi, Rasulullah mengembala kambing bukannya unta. Hal tersebut dikarenakan kambing merupakan binatang yang membutuhkan perhatian lebih untuk merawatnya. Berbeda dengan unta, yang dapat melindungi dirinya sendiri dengan tubuh besarnya, kambing harus dirawat dengan baik, dipenuhi kebutuhannya, dan dijaga dari hal hal yang membahayakan. Seekor singa berani menerkam kambing saat hanya ada seekor kambing, singa tidak akan menerkam kambing bergerombol. Rakyat ibaratkan segerombolan kambing. Seorang pemimpin haruslah dapat menjaga dan melindungi rakyatnya yang bergerombol itu agar selalu terpenuhi kebutuhannya dan tidak terpecah belah didalamnya.

Pada zaman Nabi, Nabi Musa dapat memimpin di berbagi sektor kehidupan, bukan hanya dalam lingkup keagamaan dan pemerintahan. Begitulah harusnya kepemimpinan yang ideal itu. Namun, saat ini sulit dilakukan dengan keadaan diaman orang-orang yang menginginkan mengisi pemerintahan hanya untuk duniawinya saja. Seorang pemimpin yang baik memiliki sifat jujur dan amanah. Apabila ada seorang pemimpin yang dzalim, maka sebagai seorang yang dipimpin harus menasehati dan meluruskan kebijakannya.  Seorang pemimpin yang mementingkan kepentingan dirinya sendiri merupakan suatu pengkhianatan dan dosa besar. Tidak ada yang terbaik dari ditunjuk atau dipilih, bergantung dari siapa yang memilih. Yang terbaik adalah orang yang tepat dan terbaik dibanding sistem. Zaman Rasul, kepemimpinan berdasarkan nilai agama. Berbeda dengan sistem saat ini yang dikuasai oleh mental korupsi, jauh dari nilai agama, dan kadang dengan alasan kesejahteraan masyarakatnya, rambu-rambu ditabrak tanpa mempertimbangkan semua aspek.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh