Belajar Prinsip Leadership dari Rukun Islam

Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh..

Ketika menyempatkan diri untuk mengikuti kajian mentoring di setiap pekan, saya sempat terkejut dengan pembahasan dari materi yang disampaikan. Materi ini mungkin sudah cukup sering dibaca di buku-buku, tapi sudut pandangnya benar-benar di luar kepala saya dan belum pernah terpikirkan. Topik utama dari kajian ini membahas kemampuan leadership islam, namun dalam pandangan saya tak ada yang namanya filsafah sebab mungkin isinya hanya pembahasan ayat-ayat saja.

Bagi sebagian orang, rukun Islam hanya diingat dan dihapal untuk menjalankan tugas sekolah atau untuk meyakinkan orang lain bahwa kita islam. Tapi, rukun yang jumlahnya lima ini, disadari atau tidak, ternyata memiliki nilai filasafah yang cukup dalam jika benar-benar di pahami, terutama dari segi penanaman sikap leadership.

Rukun Islam dan Leadership

Rukun ini juga memiliki makna sebagai suatu visi yang sangat luar biasa, suatu visi yang mengajarkan bahwa sesuatu hal sebaiknya dikembalikan kepada Allah swt. Dalam hal ini artinya, leadership tersebut haruslah memiliki orientasi akhirat, bukan sekdar orientasi duniawi saja. Dengan begitu, seorang yang memiliki visi jelas dengan orientasi yang tepat ini akan mampu membawa dirinya sendiri ataupun orang yang dipimpinnya untuk tetap dalam koridor yang tepat.

Rukun kedua yakni shalat, mungkin hanya dianggap bagi sebagi orang sebagai penggugur kewajiban saja, sehari lima kali hanya untuk jengking tanpa tau maknanya. Padahal jika kita amati lebih jauh, tak ada ritual penyembahan yang paling teratur kecuali shalat, yang artinya tanpa kita sadari ritual ini mengajarkan kita betapa pentingnya memanajemen waktu dengan baik. Tak hanya itu, shalat juga telah mengajarkan betapa pentingnya tepat waktu. Shalat memberikan kita pembelajaran bahwa dalam memipin kita harus siap dengan aturan yang sudah ada tapi juga harus siap dalam menghadapi perubahan. Sebagaimana shalat yang aturan waktunya sudah sangat jelas, namun harus berbeda-beda waktunya akibat perbedaan letak geografis. Sehingga dalam hal ini, menjadi fleksibel juga sangat dibutuhkan oleh seorang pemimpin.

Sementara itu, rukun yang ketiga yaitu zakat memiliki posisi yang cukup unik dibandingkan rukun-rukun yang lainnya, ini dikarenakan dimensi yang dimiliki oleh ibadah ini cukup berbeda. Jika pada umumnya, ibadah-ibadah yang kita lakukan adalah suatu ibadah yang memiliki dimensi hamba-tuhan maka dalam zakat ini dimensi tersebut berjalan sejajar yaitu hamba-hamba (hubungan dengan manusia). Secara tidak langsung dalam ibadah ini mengajarkan pada kita bahwa pentingnya membangun kepedulian, bagi seorang pemimpin, kepekaan terhadap kondisi orang yang dipimpinya sangatlah diperlukan. Hal ini tentunya dalam skla kecil akan menimbulkan rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang erat sehingga dapat menimbulkan dampak yang besar berupa rasa persatuan dan kesatuan. Ikatan sosial inilah yang tercermindari zakat.

Dirukun yang keempat ini, yaitu puasa, terkandung makna tentang pentingnya integritas. Ibadah yang benar-benar private – hanya diri kita dan Allah saja – ini mengajarkan bahwa sorang pemimpin haruslah memiliki integritas yang tinggi serta kejujuran. Hal ini sangat lah dibutuhkan dala ranah kepemimpinan sebab tanggung jawab yang berat dari orang-orang yang dipimpinnya. Sedangkan dalam rukun yang kelima, Haji, mampu memberikan kita pelajaran mengani pentingnya sikap melayani serta pengorbanan bagi seorang pemimpin untuk orang-orang yang dipimpinnya.

Dari kelima prinsip tersebut, tentu semua kembali kepada diri kita masing-masing untuk memaknainya seperti apa. Namun, perlu digaris bawahi bahwasanya kelima prinsip tersebut sudah kita lakukan dalam keseharian kita maka sudah seharusnya hal tersebut memberikan dampak yang baik pula bagi kita. Sebagaimana firman Allah swt dalam surat Al-Hajj ayat 77 yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Rukuklah, sujudlah, dan sembahlah Tuhanmu; dan berbuatlah kebaikan, agar kamu beruntung“

Yang mana dalam surat tersebut kita diperintahkan untuk tidak hanya focus dalam ibadah hablu minnallah tetapi juga harus mampu memberikan kebaikan bagi masyarakat disekeliling kita. Oleh karena itu, kelima prinsip tersebut tak hanya ditujukan bagi kita yang merupakan seorang pemimpin ataupun calon pemimpin, tapi juga bagi kita yang merupakan orang-orang yang dipimpin.

Oleh,
Haikal Idris Maulahila

Sumber:
Mentoring Ikhwan IONS
26 September 2020

Persiapan Ibadah Seumur Hidup, Review KISAH

Assalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh..

Sobat fillah bagaimana kabarnya?? Semoga sehat dan selalu berada dalam perlindungan Allah SWT. Aamiin..

Kemarin, tepatnya pada Minggu, 6 September 2020 pukul 09.00 WIB, IONS ada kajian rutin setiap bulannya. Apa kajiannya?? Kajian Seputar Al-Qur’an dan Hadist.

Nah, KISAH kemarin membawa tema yang bikin baper millenial saat ini loh, “Menuju Penyempurnaan Separuh Agama”. Tema dengan pemateri sepasang suami istri, Ustad Koh Dennis dan Teh Yunda ini dihadiri peserta-peserta yang masih jofisahhh. Jomblo Fisabilillah.

Nah, kali ini IONS sudah merangkumkan materi yang telah dipaparkan kemaren..

Check it out..

Pernikahan, Ibadah terpanjang dalam Islam

Pernikahan adalah ibadah paling panjang dalam Islam. Pernikahan yang sukses adalah pernikahan yang menjadikan kedua insan semakin dekat dengan Allah SWT. Pernikahan harus dilakukan sesuai dengan syariat Islam agar dapat mendatangkan pahala dan menjadi berkah serta diridhoi oleh Allah. Menikah adalah sebuah perjalanan menemukan seseorang yang dapat menggenapi dan melengkapi kita.

Persiapan yang dibutuhkan menuju Pernikahan

1. Kesiapan Iman

Cinta adalah segala sesuatu yang menjadikan kita semakin dekat dengan Allah, sedangkan nafsu adalah segala sesuatu yang dapat semakin menjauhkan kita dari Allah. Kesiapan iman sangat penting untuk bekal pernikahan. Kita harus tahu dan juga bisa menjawab tiga pertanyaan mendasar tentang keimanan,

> Darimana kita berasal?

Kita diciptakan oleh Allah. Kita berasal dari Allah.

> Untuk apa kita diciptakan?

Kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah.

> Mau kemana setelah kematian?

Surga atau neraka.

Ketiga pertanyaan tersebut dapat menjadi dasar keyakinan kita terhadap Allah. Hal tersebut juga dapat menjadikan kita takut kepada Allah, sehingga kita akan senantiasa menjalankan sesuatu sesuai perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Cara terbaik untuk mewujudkan rasa cinta kepada lawan jenis adalah dengan pernikahan.

2. Kesiapan Ilmu

Sangat penting untuk mempersiapkan ilmu sebelum menikah. Persiapkan ilmu sebelum menuju pernikahan dapat dilakukan mulai dari sekarang, yaitu dengan cara perbanyak mengikuti kajian-kajian Islam. Mempersiapkan ilmu ini juga untuk menjadikan diri kita lebih baik lagi. Jangan menunggu dididik oleh pasangan setelah menikah, tapi didik diri sendiri terlebih dahulu sebelum nantinya bersama-sama memperbaiki diri dengan pasangan.

3. Kesiapan Emosional

Dalam membina rumah tangga tentunya akan banyak tantangan atau permasalahan. Untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang akan muncul dalam berumah tangga, tentunya diperlukan kesiapan emosional. Kesabaran serta kemampuan menyelesaikan masalah perlu disiapkan sebelum pernikahan. Kesabaran ini sangat penting dalam pernikahan. Pastikan bahwa calon pasangan memiliki kesamaan visi dan misi dalam menikah, yaitu untuk beribadah agar senantiasa dekat dengan Allah. Pernikahan jangan hanya didasarkan pada rasa cinta yang bersifat sementara.

Jodoh, Cerminan diri

Untuk mempersiapkan diri agar menjadi lebih baik lagi dapat dilakukan dengan beberapa kiat, yaitu mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal kecil, dan mulai dari sekarang. Kita tidak akan mendapatkan pasangan sholeh/sholehah apabila kita tidak memantaskan diri, karena jodoh adalah cerminan diri. Kita harus berfokus untuk “menjadi”, bukan mencari. Berusaha menjadi yang terbaik agar Allah berikan jodoh yang terbaik untuk kita.

Tahapan menuju Pernikahan

Proses atau tahapan untuk menikah yang diajarkan dalam Islam yaitu melalui taaruf. Taaruf adalah suatu proses mengenal satu sama lain sebelum menikah. Perkenalan ini dilakukan melalui perantara yang memang paham ilmu tentang ini.

Tahapan menuju pernikahan disini meliputi perkenalan melalui perantara, dapat juga dengan menukarkan CV masing-masing melalui perantara. Apabila ada hal-hal yang ingin ditanyakan satu sama lain dapat dilakukan melalui perantara juga.

Selanjutnya kita dianjurkan untuk istikhoroh (meminta petunjuk kepada Allah), karena hanya Allah yang Maha Tahu siapa yang terbaik untuk kita. Apabila memang kedua pihak ingin melanjutkan proses ini, maka selanjutnya dapat dilakukan nadzor, yaitu pertemuan kedua pihak bersama orang tua masing-masing. Pertemuan ini tujuannya adalah untuk melihat calon pasangan, laki-laki diperbolehkan melihat wajah dan telapak tangan perempuan. Pada pertemuan ini juga dilakukan penjelasan CV masing-masing, serta keadaan diri yang sebenar-benarnya.

Apabila kedua pihak sama-sama setuju, maka dilanjutkan pada proses khitbah. Perempuan yang sudah di khitbah oleh seorang laki-laki tidak boleh dipinang oleh laki-laki lain. Setelah proses khitbah, dapat segera dilakukan akad agar menjadi SAH. Dalam Islam dianjurkan untuk menyegerakan atau mempercepat proses pernikahan.

Pertanyaan seputar “Menuju Penyempurnaan Separuh Agama

Pertanyaan :

Di era yang serba bebas seperti saat ini, banyak sekali gangguan ataupun hal-hal yang seringkali menggoda kita. Maka bagaimana kita bisa terus menjaga hati dalam berkawan, baik dengan sesama jenis ataupun lawan jenis agar tidak berlarut dalam maksiat?

Penjelasan :

Yang perlu dilakukan adalah memperbanyak ibadah kepada Allah, serta memperdalam ilmu untuk memperkuat diri kita dari hal-hal yang tidak baik. Kita juga perlu bersikap tegas menutup atau memberi batasan terhadap hal-hal yang sekiranya dapat membuat kita terlarut dalam maksiat.

Pertanyaan :

Bagaimana menghadapi orang tua yang masih kental dengan adat dan juga memiliki pandangan pendapat tetangga ketika kita ingin menerapkan pernikahan syar’i termasuk saat walimah syar’i ?

Penjelasan :

Kita perlu bersabar untuk memberikan pemahaman kepada orang tua tentang pernikahan syar’i yang dianjurkan dalam Islam. Selain itu, sebelum memberikan penjelasan kepada orang tua kita perlu mempelajari bagaimana pernikahan syar’i yang dianjurkan dalam Islam tersebut. Setelah kita memahaminya, kita harus bersabar menjelaskannya kepada orang tua secara perlahan dan tetap istiqamah meskipun orang tua tidak langsung dapat memahaminya atau masih tetap menolaknya.

Pertanyaan :

Bagaimana pendapat ustadz dan ustadzah mengenai jodoh adalah takdir atau pilihan?
Jika jodoh itu takdir, mengapa kita disuruh memilih dan selalu dinasehatkan agar kita berhati-hati dalam memilih calon pendamping supaya tidak salah pilih? Namun jika jodoh itu pilihan, kenapa kita tidak bisa bersatu dengan orang yang kita pilih jika takdir tidak menggariskan? Bagaimana korelasinya antara jodoh, takdir dan ikhtiar ?

Penjelasan :

Allah memberikan banyak sekali pilihan dalam hidup kita, dan kita akan dimintai pertanggungjawaban dalam menentukan pilihan tersebut. Kita diberikan banyak pilihan, namun itu semua tidak keluar dari garis takdir Allah. Jodoh sudah digariskan oleh Allah. Jodoh kita sudah tertulis di Lauhul mahfuz dan kita tidak tahu siapa jodoh kita.

Takdir sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu qada dan qadar. Qada adalah ketentuan Allah yang sudah terjadi pada kita. Sedangkan Qadar adalah ketentuan Allah yang dapat kita usahakan, kita dapat melakukan ikhtiar untuk ini. Ikhtiar masuk ke Qadarullah, contoh dari ikhtiar ini adalah berusaha menjadikan diri lebih baik lagi. Berjodoh dengan siapa nantinya, itu merupakan buah dari ikhtiar kita. Ikhtiar terbaik kita bisa menentukan bagaimana nanti jodoh kita.

Nah, itu dia rangkuman pada KISAH kemarin. Semoga yang telah dipaparkan diatas dapat bermanfaat dan lebih memberikan pemahaman tentang persiapan menuju pernikahan. Aamiin..

Wassalamualaikum warrohmatullahi wabarokatuh..

Dibalik Makna Kemerdekaan yang Harus Kita Ketahui

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

17 Agustus, hari kemerdekaan bangsa Indonesia. Setiap tahunnya, masyarakat Indonesia selalu merayakan hari yang penuh kemeriahan ini. Setelah berabad lamanya bangsa Indoenesia dijajah bangsa asing, akhirnya bangsa Indonesia menyatakan kebebasannya. Pembacaan proklamasi oleh Soekarno menjadi peristiwa bersejarah yang menjadi awal lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Kemerdekaan, berasal dari kata “merdeka” yang berarti bebas, berdiri sendiri, lepas. Kata “merdeka” berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “Mardika” yang berarti pandai, terhormat, bijaksana. Sedangkan dalam bahasa melayu, “Mardika” berarti bebas, baik secara fisik, jiwa, maupun dalam politik.

Banyak kegiatan-kegiatan yang biasanya diadakan oleh masyakat dalam memeriahkan hari kemerdekaan ini. Mulai dari menghias lingkungan sekitar dengan berbagai pernak-pernik, hingga mengadakan perlombaan, dan pemasangan bendera Merah Putih. Euforia dalam merayakan hari kemerdekaan ini menggambarkan kebahagiaan dan antusiasme masyarakat pada Kemerdekaan bangsanya.

Namun, dibalik semua euforia itu, apa sebenarnya makna dibalik Kemerdekaan itu sendiri? Yuk, disimak.

1. Kemerdekaan Bukan Akhir dari Perjuangan, Melainkan Awal untuk Terus Berjuang.

Pada masa penjajahan, para pahlawan rela berkorban nyawa demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka rela meninggalkan keluarga dan terus melawan penjajah selama ratusan tahun. Sebagai generasi muda, kita harus menjaga apa yang telah diperjuangkan para pahlawan. Kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan, namun awal sebuah perjuangan untuk kedepannya yang lebih berat.

2. Kemerdekaan Sebagai Momen Pemersatu Bangsa

Kemerdekaan, dirayakan seluruh masyarakat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Tanpa membedakan suku, agama, dan ras, seluruh masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa nasionalisme merayakan kemerdekaan ini. Mereka menyingkirkan berbagai macam perbedaan dan perselisihan demi kepentingan bangsa.

3. Kemerdekaan Sebagai Momen Saling Menghargai dan Menghormati

Makna lain dibalik kemerdekaan adalah tumbuhnya rasa saling menghargai dan menghormati. Kemerdekaan yang setiap tahun kita rayakan, selalu mengingatkan kita agar selalu menghargai dan menghormati jasa para pahlawan. Sikap kita dalam menghargai dan menghormati juga berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, dengan tidak membedakan suku, agama, maupun ras.

Kemerdekaan di tengah Pandemi

Dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan menjadikan bangsa Indonesia dapat menjalankan tata hukum dan kebijakannya sendiri. Proklamasi tersebut juga menjadikan bangsa Indonesia dapat merancang tujuan dan cita-citanya. Tujuan dan cita-cita bangsa yang dirumuskan dalam UUD 1945.

Tujuan bangsa Indonesia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 :

“Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”

Sedangkan, cita-cita bangsa Indonesia tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-2 yang berbunyi :

“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”

Sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa, proklamasi kemerdekaan menjadi jembatan emas menuju masyarakat yang adil, makmur, dan berdaulat. Tanpa adanya proklamasi kemerdekaan, kita tidak akan bisa hidup nyaman seperti saat ini.

Untuk mewujudkan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, kita sebagai warga negaranya harus selalu menerapkan sikap yang diturunkan dari leluhur kita, yakni semangat bergotong-royong. Sikap saling membantu ini dapat menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan berdaulat di dalam bangsa kita, bangsa Indonesia.

Dalam memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-75 ini, kita harus merayakan di tengah pandemi COVID-19 yang masih terus bertambah setiap harinya. Mari bersama-sama melawan virus berbahaya ini dan selalu menjaga diri dengan menerapkan protokol kesehatan kapanpun dan dimanapun.

Perayaan kemerdekaan yang biasanya kita adakan dengan berbagai perlombaan seperti panjat pinang dan balap karung, dapat kita gantikan dengan kegiatan lain yang tentunya positif dan dapat dilakukan di dalam rumah. Selalu bersabar atas ujian pandemi COVID-19 ini, dan hanya kepada Allah SWT kita meminta pertolongan dan perlindungan. Semoga pandemi ini segera berlalu, dan kita dapat aktivitas seperti sedia kala. Aamiin..

Sekian sahabat fillah, sedikit pemaparan mengenai makna Kemerdekaan. Apabila ada salah katanya mohon maaf, selalu jaga kesehatan dan lindungi diri serta keluarga dengan penerapan protokol kesehatan.

Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Maknai Hari Raya Idul Fitri dengan Berbagai Amalan Sunnah

Assalamualaikum waromatullahi wabarokatuh..

Hari Raya Idul Fitri, hari dimana seluruh umat muslim di dunia merayakan kemenangan, kemenangan setelah sebulan penuh dibulan Ramadhan mengawal nafsunya. Dengan takbir yang mengumandang di setiap masjid maupun mushola. Seluruh umat muslim bergembira. Namun, kegembiraan ini harus terselimut kesedihan karena tersebarnya virus di seluruh dunia, pandemi COVID-19.

Makna Hari Raya

Hari Raya Idul Fitri merupakan puncak dari ibadah puasa kita, yang mana pada hari tersebut kita dapat menjadi pribadi yang lebih bertaqwa dan senantiasa terbiasa dalam berbuat kebaikan dan menghindari keburukan. Di lain hal, kita dapat lebih bersyukur atas segala hal yang kita miliki. Sehingga dapat menghargai apa yang telah Allah nikmatkan kepada kita.

Kata Id berasal dari kata aada-yaudu yang artinya kembali, sedangkan kata fitri berasal dari kata fathoro-yafthiru dapat diartikan suci, bersih dari dosa, kesalah, keburukan. Hal ini berarti dapat disimpulkan Idul Fitri berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau dapat dikatakan bebasnya kita dari dosa dan keburukan sehingga keadaan kita kembali ke suci (fitrah). Berdasarkan hadits Rasulullah saw,

“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan didasari iman dan semata-mata karena mengharap ridho Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Hari Raya seharusnya dapat dimaknai dengan kebahagiaan, dimana pada hari ini terdapat karunia Allah yang amat besar. Berbahagia karena kita telah taat dalam beribadah. Berbahagia karena kita telah bersyukur atas segala kenikmatan-Nya, kenikmatan iman dan taqwa. Allah SWT befirman dalam Al-Qur’an,

“Katakanlah, “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus : 58).

Perlihatkan Kebahagiaan

Hari Raya, yang mana merupakan hari yang penuh kegembiraan, sudah sepatutnya kita menampakkan kebahagiaan. Pada hari ini umat muslim sedang merayakan hari kemenangannya. Sesuai dengan hadits Rasulullah saw,

Dari Aisyah ra, ketika para pemuda bermain pada pada hari raya di masjid, Rasulullah saw bersabda, “Agar orang-orang Yahudi mengetahuibahwa dalan agama kita juga ada waktu bersenang-senanag. Sesungguhnya aku diutus dengan agama yang hanif.” (HR. Ahmad).

Meskipun pada hari ini kita dianjurkan untuk memperlihatkan kebahagiaan kemudian bersenang-senang, kita harus tetap menjaga apa yang telah disyariatkan kepada kita. Memperlihatkan kebahagiaan dan bersenang-senang bukan berarti berbuat keburukan dan maksiat. Kita harus tetap menjaga kesucian dari hari tersebut, karena apabila kita melakukan hal-hal keburukan sama saja kita telah menodai nilai dari Hari Raya Idul Fitri.

Bersedekah dan Berkegiatan Sosial

Kebahagiaan bisa saja kita rasakan saat kita bermanfaat bagi orang lain. Salah satu hal yang bisa kita lakukan yaitu dengan bersedekah dan beramal sosial. Beramal sosial ini megandung nilai ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah. Pada hari Raya ini, kebahagiaan pada kaum Muslimin akan merata.

“Setiap persendiaan manusia diwajibkan untuk bersedekah setiap harinya ari mulai matahari terbit. Mendamaikan dua orang yang berselisih adalah sedekah, menolong seseorang naik ke atas kendaraannya atau mengangkat barang-barangnya ke atas kendaraannya adalah sedekah” (HR. Bukhari).

Zakat fitrah, pada bulan Ramadhan kita telah diperintahkan untuk berzakat fitrah dengan mengeluarkan harta dalam bentuk makanan. Zakat ini diberikan kepada fakir miskin dengan ukuran yang telah ditetapkan. Rasulullah saw bersabda,

“Zakat Fitrah (berfungsi) untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan buruk, dan untuk memberi makan fakir miskin.” (HR. Abu Dawud).

Jaga Silaturahmi

Mengenali nasab dan garis keturunan sangat dianjurkan Rasulullah. Hal ini dikarenakan memungkinkan terjadinya tali persaudaraan yang terus menerus. Rasulullah bersabda,

“Kenalilah nasab-nasabmu, maka tali persaudaraanmu akan terus bersambung. Sesungguhnya jika tali persaudaraan terputus, maka hubungan itu menjadi jauh meskipun sebetulnya dekat. Sebaliknya tapi persaudaraan itu menjadi dekat apabila kamu terus menyambungnya sekalipun telah jauh hubungannya.” (HR. Bukhari).

Selain dapat menyambung tali persaudaraan, mengenali nasab dapat menumbuhkan cinta dan kasih diantara saudara yang memungkinankan terjadinya saling tolong menolong. Hikmah lain dari mengenali nasab adalah memperbanyak rezeki dan memperbanyak umur, seperti dalam hadits Rasulullah,

“Belajarlah dari nasab-nasabmu hal-hal yang mempererat persaudaraan, sesungguhnya mempererat persaudaraan menumbuhkan kecintaan terhadap sanak saudara, memperbanyak rezeki, dan memperpanjang umur.” (HR. Tirmidzi).

Hari Raya di Tengah Pandemi COVID-19

Mengubah rutinitas di tengah pandemi COVID-19 tentu tidaklah mudah. Rasa cemas dan was-was membuat kita tak nyaman. Hari Raya Idul Fitri yang identik dengan mudik untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara, harus kita tahan demi keselamatan kita bersama. Namun, ketidakberdayaan tersebut dapat kita atasi dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan komunikasi yang pesat ini. Mudik offline yang memungkinkan kita untuk bertatap muka secara langsung dapat digantikan dengan mudik online melalui handphone yang menyediakan komunikasi lewat audio maupun video (video call).

Dengan cara diatas, makna Hari Raya dan Silaturahmi tetap dapat kita rasakan dan tentunya cara tersebut sesuai anjuran pemerintah yang melarang masyarakat untuk mudik saat virus COVID-19 ini masih tersebar luas, bahkan terus bertambah setiap harinya. Mari kita tingkatkan kesadaran untuk tetap di rumah dan menjaga kesehatan, itulah salah dua cara kita membantu tenaga medis yang menjadi pahlawah garda terdepan melawan virus COVID-19 ini.

Semoga kita dapat mengambil hikmah dari pandemi COVID-19 yang bertepatan dengan Hari Raya Idul Fitri ini. Dengan kondisi tersebut, semoga kita juga dapat terus istiqomah dalam beribadah kepada Allah. Dan selalu mengingat bahwa hanya Allah yang dapat memberi perlindungan kepada kita, dari marabahaya dan segala keburukan. Aamiin..

Sekian sahabat fillah, semoga apa yang telah dipaparkan diatas dapat memberi sedikit pengetahuan, apabila ada kurang atau salahnya mohon maaf.. Taqabbalallahu minna wa minkum.. minal aidzin wal faidzin..

Wassalamu’alaikum warrohmatullahi wabarokatuh..